Pages

uzy12. Powered by Blogger.

Sajak Buruh

buruh bersatu tak bisa dikalahkan
buruh bersatu tak bisa dikalahkan
buruh bersatu tak bisa dikalahkan
buruh bersatu tak bisa dikalahkan

anak – anak negeri berjalan
pergi menyisir waktu dan ruang
tubuhnya di beli hatinya terkunci
oleh singa-singa industri

seperti melacur….
seperti robot-robot bernyawa…
darahnya mengental keringat mengkristal
dalam panas yang menggumpal

deru mesin-mesin pecahkan telinga
bersama lapar yang menganga
memuja tembaga….
memuja mesin-mesin…..
seperti berhala….

kemanakah nasib buruh negeri ini
kalau upahnya dikebiri
kemanakah nasib buruh negeri ini
kalau hak-haknya dicuri
buruh…bersatulah

Sejarah ranu kumbolo

1383193481142026191
pemandangan indah ranu kumbolo, dari atas bukit
Keindahan alam Ranu Kumbolo, menghipnotis setiap mata pendaki Gunung Semeru. Sudah pasti, spot telaga yang satu ini, akan selalu dijadikan basecamp mereka sebelum kembali melanjutkan pendakian. Ranu kumbolo merupakan surga bagi para pendaki. Setidaknya, bisa terlihat dari kontur telaga yang punya luas 14 Ha di lereng Semeru ini. Airnya yang jika dilihat dari atas bukit, berwarna biru bercampur kehijauan. Saat matahari terbit, pendaran sinarnya menembus celah dua buah bukit yang kemudian berjatuhan di segala sudut telaga nan eksotis ini. Pantulan sinar matahari hangat, berbaur udara dingin khas pegunungan, adalah sensasi tersendiri saat pagi hari. Sisa-sisa embun masih membasahi setiap hijauan yang tumbuh subur di sepanjang tatapan mata. Begitu juga dengan kabut yang masih berada di titik sejajar dengan para pendaki yang sedang bermukim di tepiannya. Sebuah pemandangan pagi hari yang spektakuler.
Ranu Kumbolo berada di ketinggian 2400 mdpl. Letaknya sekitar 10,5 km dari desa Ranu Pane. Telaga ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia pendakian di Gunung Semeru. Bicara tentang Gunung Semeru, tak lengkap bila tak berbicara mitologi gunung itu sendiri. Dahulu kala, Semeru adalah bagian dari Gunung Meru, di Jambudwipa atau India. Saat itu, para dewa bergotong royong memindahkan sebagian puncak Gunung Meru ke Pulau Jawadwipa. Mereka beranggapan bahwa posisi Pulau Jawadwipa tidaklah stabil; terombang-ambing oleh lautan. Saat memindahkan puncak Gunung Meru itulah, beberapa bagiannya tercecer hingga membentuk gugusan gunung di Jawa Barat, Tengah, hingga Timur. Bagian yang paling besar, jatuh dan membentuk Gunung Semeru. Lalu, puncak Mahameru dihempaskan oleh para dewa dan terbentuklah Gunung Pawitra atau Penanggungan.
Menarik disimak, dari sekian gunung, ada satu gunung yang dianggap sebagai replika Gunung Semeru. Nama gunung itu, yaitu Gunung Penanggungan (1659 mdpl). Antara keduanya, terdapat kemiripan, yaitu pada bentuk kerucut puncaknya. Kedua gunung itu juga dianggap suci oleh umat Hindu-Budha. Sejumlah situs kuno seperti candi, yang terletak di sekitar Gunung Penanggungan, ada yang dibangun dengan arah hadap khusus ke Gunung Penanggungan. Seperti Candi Jawi, yang dibangun oleh Raja Singasari terakhir, yaitu Prabu Kertanegara. Selain itu, di lereng Penanggungan, banyak bertebaran candi yang dibangun sebagai tempat penyembahan dan pemujaan. Ada pula artefak, batu prasasti, altar pemujaan, punden berundak, dan ribuan pecahan gerabah dari berbagai bentuk.
***
Ranu kumbolo, di satu sisi, adalah sebuah tantangan. Sebab untuk mencapainya, butuh kesiapan fisik dan mental prima. Sisi lain, Ranu Kumbolo, juga bukan tanpa ada kisah bersejarah. Kisah bersejarah tersebut mulai terbentuk ratusan tahun lampau dan bertautan dengan pendakian kala itu.
Pada zaman dahulu kala, ada seorang raja dari Kerajaan Kadiri, bernama Prabu Kameswara. Dia memerintah sekitar tahun 1180-1190-an, dengan bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa.
13831927581712919100
ilustrasi Prabu Kameswara (koleksi pribadi)
Suatu hari, dia melakukan perjalanan suci atau yang disebut dengan Tirthrayata menuju Gunung Semeru. Jalur yang ditempuh, melalui Pasrujambe (nama sebuah kecamatan di Lumajang); sebuah jalur pendakian kuno dan berbeda dengan sekarang yang dimulai dari Ranu Pane. Bukan tanpa tujuan Prabu Kameswara melakukan pendakian ke Semeru. Gunung yang berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini, memang termasuk gunung yang disucikan. Begitu pula air yang terdapat di Ranu Kumbolo, mewujud sebagai air suci. Puncaknya yang bernama Mahameru, adalah tempat para dewa bersemayam.
1383187003847776082
puncak Mahameru tampak gagah menjulang, foto diambil dari puncak Gunung Ayek-Ayek
Prabu Kameswara mendaki Semeru untuk bersemedi; mendekatkan diri pada Sang Hyang Pencipta alam semesta. Untuk menandai kedatangannya ke Semeru, Prabu Kameswara mengabadikannya ke dalam sebuah prasasti. Namanya Prasasti Ranu Kumbolo. Prasasti ini berada di tepian danaunya. Ada sebuah tulisan di batu prasasti tersebut, yaitu Ling Deva Mpu Kameswara Tirthayatra. Menurut sejarawan M.M. Sukarto Atmojo, tulisan yang berbahasa Jawa kuno tersebut, dapat diartikan bahwa ketika itu, Prabu Kameswara pernah melakukan kunjungan suci dengan mendaki Gunung Semeru. Angka tahun prasasti, masih menurut sang sejarawan, berkisar pada 1182 M.
Namun, amat disayangkan, saat saya bersama kedelapan rekan pendaki, berkunjung ke Ranu Kumbolo, 13-14 Oktober lalu, belum menemukan situs purba tersebut. Sehingga, sumber foto prasasti yang saya tampilkan di tulisan ini, bukanlah hasil bidikan saya. Ke depan, insya Allah, saya akan melakukan observasi langsung di tempat yang dikatakan sebagai jalur pendakian kuno di Pasrujambe.
Seorang arkelog dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, pada 2011 pernah mengunjungi daerah Pasrujambe, Lumajang. Di sana, dia menelusuri tempat-tempat yang (pada awalnya) diduga menyimpan berbagai peninggalan bersejarah. Dan, seperti dugaan, daerah Pasrujambe terbukti menyimpan banyak serpihan benda-benda kuno, seperti menhir, prasasti, maupun peralatan masyarakat sehari-hari pada zaman kuno. Ada pula penemuan beberapa batu tulis yang bercerita tentang perjalanan suci orang-orang Blambangan menuju Gunung Semeru. Salah satu prasasti itu tertulis Rabut Macan Petak yang mana ini merupakan nama dari kerajaan Macan Putih yang berada di Banyuwangi saat ini. Pada waktu itu, Lumajang ditengarai sudah berkembang menjadi area tujuan Sidhayatra atau perjalanan suci.                                          (sumber: kabarlumajang.net)
1383186406523448267
prasasti ranu kumbolo (sumber foto: http://metrotvnews.com/foto)
Melalui Prasasti Ranu Kumbolo, kita bisa mengerti, sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang kita juga pendaki gunung. Apa yang mereka lakukan, merupakan bagian dari perjalanan spiritual menuju kesempurnaan diri. Suatu sikap agung yang lalu diperkuat dengan torehan prasasti atau yang sejenisnya, untuk mengenang misi perjalanan mereka. Dan, prasasti yang mereka tinggalkan, telah menjadi benda peninggalan yang sangat berarti bagi generasi kekinian. Terutama untuk menyingkap keadaan di masa itu.
Salam.

Sejarah Danau Ranau

AWALNYA adalah letusan yang dahsyat dari sebuah gunung berapi. Letusan itu mengakibatkan tanah terbelah menjadi semacam jurang yang memanjang. Sungai besar yang sebelumnya mengalir di kaki gunung berapi itu kemudian menjadi sumber air utama yang mengisi belahan akibat letusan itu.
Air terus-menerus mengalir ke dalam belahan yang menyerupai lubang besar. Dan lama-kelamaan lubang besar penuh dengan air. Lalu, di sekeliling danau baru itu mulai ditumbuhi berbagai tanaman, di antaranya tumbuhan semak yang oleh warga setempat disebut ranau. Maka danau itu pun dinamakanlah Danau Ranau.<>
Itulah legenda terjadinya Danau Ranau. Sisa gunung api itu kini menjadi Gunung Seminung yang berdiri kokoh di tepi danau berair jernih tersebut.
Dari masa ke masa, Danau Ranau menjadi saksi kisah dan legenda masyarakat Banding Agung. Salah satu kisahnya adalah legenda Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat. Mereka berdua adalah dua jawara yang amat disegani oleh lawan-lawannya.
Karena masing-masing jawara itu penasaran dengan kekuatan lawan, suatu kali mereka bertemu untuk mengadu kesaktian. Pertarungan itu bukan pertarungan kemampuan bela diri, tetapi menguji kesaktian. Pemenang ditentukan dengan cara masing-masing kesatria itu bergantian tidur menelungkup di bawah rumpun bunga aren. Siapa yang mampu menghindari terjangan bunga aren yang dipotong, menjadi pemenang.
Disepakati Si Mata Empat yang terlebih dulu tidur menelungkup di bawah bunga aren itu. Ketika bunga aren dipotong oleh Si Pahit Lidah dan deras menghujam ke tanah, ternyata dengan gesit Si Mata Empat mampu menghindar. Itu karena Si Mata Empat memiliki dua mata di belakang kepalanya hingga dengan mudah menghindar ketika bunga aren yang lebat dan berat itu meluncur ke bawah.
Giliran Si Pahit Lidah tidur menelungkup di bawah gugusan bunga aren itu. Si Mata Empat kemudian memanjat pohon dan memotong bunga aren. Gugusan bunga yang berat itu segera menghujam tubuh Si Pahit Lidah. Ia tewas karena tidak mampu menghindar dari terjangan gugusan bunga aren.
Si Mata Empat menang, namun ia penasaran. Sebuah pertanyaan mengganggu dalam hatinya, “Benarkah lidahnya pahit seperti julukannya?” tanya Si Mata Empat dalam hati.
Dengan penasaran ia kemudian mencucukkan jarinya ke mulut Si Pahit Lidah yang tewas. Lalu perlahan-lahan jari yang telah mengenai liur Si Pahit Lidah itu diisap oleh Si Mata Empat. Ternyata air liurnya mengadung racun sehingga Si Mata Empat pun mati.
Mereka kemudian dimakamkan di tepi danau tersebut. Mereka menjadi bagian makam leluhur warga Ranau yang disemayamkan di sekitar danau tersebut. Karena itu, setiap kali warga Ranau berziarah ke makam mereka sebelum mengadakan hajatan besar, semisal Festival Danau Ranau, Juli lalu.
Warga Banding Agung mengatakan, kedekatan dengan para leluhur itu merupakan bagian dari hidup warga setempat. Mereka memiliki penghormatan pada tradisi itu. Warga menjaga dengan sungguh-sungguh warisan alam itu dengan baik. Oleh karena itu, keaslian Danau Ranau tetap terjaga, dan tak ada yang memungkiri keelokan danau tersebut.
DANAU Ranau memang memiliki pesona. Bagamaina tidak? Bekas letusan gunung berapi tersebut seolah membentuk panggung alam yang elok. Gunung Seminung yang menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latar belakang yang penuh dengan nuansa magis. Tebing dan barisan perbukitan menjadi pagar pembatas panggung megah itu.
Hamparan sawah yang hijau berpadu dengan air Danau Ranau yang biru seolah menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang, menari. Butir-butir kopi yang merah seakan-akan menjadi pemanis keindahan itu. Keelokan itu menjadi lengkap dengan bingkai indah pantai berpasir dan kerikil putih yang ada di sepanjang tepi danau itu.
Pada pandangan pertama, kesemarakan alam itu memikat mata. Penat karena harus duduk melipat kaki di mobil perlahan hilang, berganti kesejukan ketika merendam kaki telanjang ke dalam air danau yang dingin. Air terjun yang indah dan pemandian air panas membuat segala kejenuhan lenyap. Tubuh pun segar kembali.
Namun sayang, kekayaan itu tak tergarap apik. Tebaran pesona Danau Ranau yang memikat terasa kurang mengikat dan membekaskan niat untuk kembali lagi, lantaran sebagai kawasan wisata Danau Ranau yang luasnya lebih dari 44 kilometer persegi itu belum memiliki daya dukung yang memadai.
Setidaknya hanya terdapat dua losmen dan satu hotel kecil di Banding Agung, sebuah kecamatan yang berada di tepi danau tersebut. Kalaupun ada wisma yang lebih bagus itu adalah sebuah peristirahatan yang dikelola oleh PT Pusri. Selebihnya adalah home stay yang dikelola warga. Tiap kamar di rumah penduduk yang disewakan sebagai home stay itu dihargai Rp 30.000.
SAYANG memang, kawasan yang masih asli itu belum digarap dengan sungguh-sungguh. Promosi pariwisata yang digalang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, lewat Festival Danau Ranau belum juga memancing minat investor. Promosi yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat lewat Festival Teluk Setabas pun hingga kini belum juga mendatangkan investasi.
Pengelolaan kawasan yang berada di dua kabupaten dan dua provinsi itu tampaknya membutuhkan angin segar atau napas baru agar keelokan Danau Ranau terus berdetak dan menggetarkan minat pelancong untuk datang kembali.
Memang ada baiknya jika kedua pemerintah daerah itu melakukan share untuk mengelola kawasan itu sehingga mampu mendatangkan kemakmuran bagi warga di sana. Sayang jika setelah kelelahan akibat perjalanan selama enam jam dari Bandar Lampung, Danau Ranau kurang membangkitkan minat untuk kembali lagi.
Mungkin perlu disiasati dengan membangun tempat wisata yang meskipun kecil tetapi membuat pelancong tidak jenuh. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sudah mencoba membuat gardu pandang di sebuah bukit antara Liwa dan Bukit Kemuning. Sayangnya, gardu pandang itu juga kurang dirawat dengan baik. Selain itu, pemandangan di kaki bukit masih didominasi perkebunan kopi yang masih baru.
Danau Ranau memang belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Danau Toba di Sumatera Utara. Kawasan yang terletak di kaki Puncak Pusubuhit itu memiliki sarana perhotelan dan jaringan jalan yang bagus.
Meskipun terus terancam pembabatan hutan, pada bagian tertentu hutan pinus di kawasan itu tetap dijaga. Selain itu, adat kebiasaan setempat serta potensi lokal dipelihara sehingga mengundang turis-baik dalam maupun luar negeri-selalu ingin kembali lagi ke sana.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kawasan kedua danau tersebut tidak jauh berbeda. Dari Medan dibutuhkan waktu sekitar esmpat jam untuk mencapai Parapat, kecamatan yang berada di tepi Danau Toba. Sementara itu juga dibutuhkan waktu lima jam hingga enam jam dari Bandar Lampung untuk mencapai Danau Ranau.
Waktu yang panjang setidaknya dapat disiasati dengan pariwisata yang mengetengahkan perkampungan adat, sejarah perkebunan lada, atau pariwisata perkebunan.
Itu perlu dilakukan karena jalur menuju Danau Ranau juga melewati Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, yang menyimpan sejarah kejayaan perkebunan lada masa silam. Selain itu, di sepanjang jalan menuju Danau Ranau banyak terdapat rumah tradisional Lampung.
Jika kawasan itu dikelola dengan baik, tidak tertutup kemungkinan perkampungan tradisional itu pun berkembang menjadi kawasan wisata.
Ranau itu sangat amat indah dan menakjubkan. Namun sayang sekali pada kenyataanya ini semua belum menjadi perhatian dari pemda dan semua pihak disana. Banyak sekali hal-hal yang perlu “dibangun” agar potensi danau indah ini tidak mubazir.
Kunci dari pembangunan pariwisata disuatu daerah adalah :
1. Infrasture jalan dan penginapan yang memadai
2. Faktor keamanan yang sangat amat penting
3. Faktor watak dan penerimaan warga / masyarakat atas para tamu / pendatang yang SANGAT PERLU DITINGKATKAN.

Saat ini masih sangat kurang keramah-tamahan dan “helpfull minded” dan “Open Minded” dari seluruh masyarakat, Tanpa itu tidak bakalan Ranau dan Danau Ranau didatangi oleh wisatawan. Perlu di berikan masukan dan penuluhan atas potensi ini.
Saya kebetulan adalah salah satu warga pendatang yang beberapa kali datang kesana. Kebetulan istri saya dari Ranau. Jadi saya cukup memahami watak dan budaya warga disana, dimana belum bisa bersikap wellcome kepada warga baru / pendatang / wisatawan.
Opini ini saya maksudkan sebagai kritik dan saran bagi semua kepentingan di Ranau. Bukan bermaksud lain dari itu.
Mudah2an hal ini menjadi masukan kita bersama

Sejarah Hari Buruh (may day)

May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.
Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat".
Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.
Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.
Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.
Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres mengubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.
Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872 [1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886

Hari bumi 22 april 2014 jember


















lagu untuk alam

“Song can’t change the world. I've gone through all that.” - Bob Dylan

Bob Dylan adalah seorang penyanyi folk legendaris di Amerika, yang mengangkat tema tema sosial penuh kritik dalam lirik lirik lagunya. Kata kata itu mungkin diucapkannya dalam keadaan pesimis karena menurutnya lagu lagu penuh kritiknya tak membawa perubahan yang diinginkan, melainkan hanya menjadi sebuah lagu saja. Namun begitu tetap saja nama Bob Dylan menjadi legenda diantara musisi musisi besar dunia. Dan tetap saja lagu lagu kritik dan pesan moral dibuat dan dinyanyikan oleh para musisi  termasuk pula lagu lagu yang bertemakan lingkungan, baik berupa kritik, pesan, maupun ajakan untuk mencintai alam dan lingkungannya dalam beragam aktivitasnya.

Terlepas dari benar tidaknya omongan si Bob, atau ada tidaknya dampak positif dari sebuah lagu bertema lingkungan, adanya lagu bertema alam membuktikan masih ada yang peduli dengan hal hal tersebut, minimal penyanyi atau musisi yang menciptakan dan menyanyikannya itu.

 Musisi musisi Indonesia juga tak luput menjadikan alam dan lingkungan menjadi temanya. Berikut adalah beberapa musisi Indonesia yang mengangkat tema tema pecinta alam dan lingkungan, yang pernah penulis dengarkan. Dikarenakan wawasan musik penulis tergolong rendah, maka maafkan jika ada yang terlewat atau tidak tertulis.


Iwan Fals
Siapa tak kenal Iwan Fals? Dia adalah legenda hidup musisi tanah air. Lagu lagunya yang mengangkat tema alam antara lain:
•    Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
•    Balada Orang Orang Pedalaman
•    Tak Biru Lagi Lautku
•    Tanam Siram Tanam
•    Panggilan Dari Gunung
•    Pohon Untuk Kehidupan




Slank 
The most famous rock n roll band di Indonesia ini juga banyak membuat lagu bertema alam, berikut diantaranya:
•    Nggak Perawan
•    Lembah Baliem
•    Alami
•    Tepi campuhan
•    Bocah



/rif
 Band rock asal bandung ini pernah mengeluarkan lagu bertema alam yaitu:
•    Green Song
•    Pelangiku Sirna




Boomerang

Band rock asal Surabaya ini juga kerap menyanyikan lagu bertema alam, diantaranya:
•    Nyanyian Lembah Hijau
                                                      •    Berita Cuaca (lagu asli oleh Gombloh)
                                                      •    Satu

Gombloh

Penyanyi yang terkenal dengan lagu lagu nasionalisnya ini juga kerap membuat lagu lagu bertema alam, antara lain:
•    Berita Cuaca (dinyanyikan ulang oleh Boomerang)
•    Dansa Ranu Pane
•    Ujung Kulon Baluran







Rita Ruby Hartland

Penyanyi ini pernah membuat lagu yang mengkritik perilaku kelompok kelompok pendaki gunung yang menamakan diri sebagai kelompok pecinta alam. Judul lagunya adalah Pecinta Alam






Nugie
Musisi yang satu ini sudah tak diragukan lagi. Nugie bahkan beberapa kali menjadi duta untuk lingkungan hidup dari organisasi lingkungan hidup. Beberapa judul lagunya antara lain:
•    Pembuat Teh
•    Burung Gereja
•    Terancam Punah (dinyanyikan bersama bandnya yang bernama ALV)

Naif

Band yang membawakan musik bernuansa 70an ini juga tak mau ketinggalan membuat lagu bertema alam, salah satu lagunya dimuat dalam album lagu anak anak yang mereka buat, Bon Bin Ven. Berikut lagu lagu Naif yang bertema alam:
•    Dia adalah Pusaka sejuta umat Manusia Yang ada Di seluruh Dunia
•    Sedih Hutanku

Dewa 19

Meski banyak membawakan lagu bertema cinta, namun tema tema alam ternyata juga ada dalam lagu lagu mereka, diantaranya:
•    Mahameru
•    Suara Alam


Navicula
Band grunge asal Bali ini juga kerap menyanyikan lagu bertema alam, dengan nuansa grunge tentunya. Beberapa lagunya yaitu:
•    over konsumsi
•    Orang Utan


 





Tony Q

Bapak reggae indonesia ini juga pernah membuat lagu yang berjudul Mendaki gunung







Tasya

Penyanyi cilik yang waktu artikel ini ditulis udah jadi remaja cakep ini juga pernah menyanyikan lagu anak anak yang berjudul Mendaki Gunung







Padhyangan Project

Band yang lagu lagunya lucu lucu ini juga membuat lagu bertema lingkungan berjudul Hemat .








Setelah membaca daftar di atas, tentu anda ingin mendengarkan lagu lagu tersebut kan?
G perlu repot2 mencari satu satu di mbah google, saya udah menyatukannya dalam 2 file zip yang dapat anda download dengan cara klik disini untuk yang pertama dan disini.untuk yang kedua.

Bukan maksud untuk membajak, hanya ingin menyebarkan pengetahuan saja. Mohon maaf untuk para musisi di atas, atas pembajakan yang saya lakukan. Saya menghimbau agar anda membeli kaset atau cd aslinya atau memasang RBTnya jika anda tertarik dengan lagu tersebut.

Gumuk pasir parangtritis

Indonesia adalah negara dengan ragam kenampakan topografi yang sangat tinggi. Dari kesepuluh klasifikasi bentuklahan yang ada di dunia semua ada di Indonesia. Bahkan 8 diantaranya ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini yang menyebabkan DIY boleh jadi dinobatkan sebagai Provinsi dengan bentuklahan terlengkap di dunia. Mulai dari kenampakan gunung api merapi di sebelah utara, kenampakan pegunungan karst Gunugkidul, beberapa sungai besar, pegunungan lipatan di Imogiri, Serta kenampakan pesisir pantai di sebelah selatan. Salah satu fenomena kepesisiran yang menakjubkan di Indonesia adalah keberadaan Gumuk Pasir di Pesisir selatan Yogyakarta, tepatnya di Parangtritis.
Bagaikan torehan seni oleh alam, ketika memasuki kawasan gumuk pasir di Parangtritis akan terlihat medan pasir dengan ukiran dan gundukan-gundukan pasir dengan berbagai bentuk dan ukuran. Bagaikan tumpukan pasir yang sengaja dibentuk oleh alam, ada yang menyerupai bulan sabit, melintang searah garis pantai bahkan ada yang berbentuk bintang. Bentuk gumuk pasir itu dipengaruhi oleh arah angin, serta penghalang material pembentuk berupa vegetasi.

Gumuk pasir atau sand dunes merupakan kenampakan yang biasanya terbentuk pada daerah arid (kering) atau Gurun. Namun menariknya Indonesia yang beriklim tropis yang notabene beriklim basah memiliki kenampakkan gumuk pasir. Pantai berpasir di sebelah selatan Jogjakarta hingga sebelah Selatan Kebumen adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki bentang alam atau memiliki topografi eolean (topografi asal proses angin) ini. Dari mana asalnya pasir itu sementara Indonesia beriklim basah? Pasir-pasir ini merupakan produk dari aktivitas gunung merapi yang diangkut oleh aliran air sungai yang bermuara di pantai selatan. Kemudian pasir yang sampai di pinggir laut langsung dihempaskan oleh kuatnya gelombang di laut selatan. Inilah mengapa di pantai selatan jawa tidak berkembang delta seperti pantai di Kalimantan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, penyebab utama terbentuknya gumuk pasir adalah tenaga angin. Diawali oleh proses akumulasi pasir yang dibawa oleh aliran angin ke area kepesisiran. Akumulasi tersebut disebabkan oleh turunnya kecepatan angin karena meningkatnya kekasaran permukaan atau tidak stabilnya aliran udara. Tetapi pembentukan gumuk pasir di pantai laut selatan tidak bisa terlepas  dari proses air laut. Materi pasir hitam dari berbagai aliran sungai yang berhulu dari gunung Merapi dan bermuara di laut selatan akan mengalami proses penggerusan atau penghalusan dengan adanya gelombang ombak. Deburan ombak dapat mengubah pasir menjadi butiran sangat halus berukuran 0,02 mikron, sehingga mampu diterbangkan oleh angin dengan kecepatan 2 m/s.

Karakteristik dari angin itulah yang kemudian mempengaruhi bentuk dari gumuk pasir yang terbentuk. Bentuk dari gumuk pasir ini memiliki satu nilai keindahan tersendiri. Keindahan bukit ini tidak hanya bentuknya tetapi juga tekstur-tekstur permukaan yang unik akibat hembusan angin. Banyak ragam bentukan indah ini bisa dinimati di Pantai Selatan Jogja hingga pantai selatan di sebelah baratnya. Ketika angin berhembus cukup kuat pada daerah yang terbuka maka akan membentuk Sand dunes dengan bentuk barchans (Bulan sabit). Ketika angin berhembus dari berbagai arah dan melemah di satu titik tempat derdeposisinya material pasir akan membentuk sand dunes jenis bintang. juga bentuk lain yang merupakan fungsi dari karakteristik angin dan daerah sekitar gumuk pasir.
Gumuk pasir di sepanjang laut selatan adalah fenomena alam yang sangat langka. Bahkan gumuk pasir dengan karakteristik yang sama hanya dijumpai di meksiko. Sebaran gumuk pasir pantai selatan ini memanjang dari muara sungai opak hingga parangtritis. Jarak terdekat gumuk pasir dari pantai sekitar 200 meter dan terjauh 1,8 kilometer.
Sebagai fenomena yang langka Gumuk pasir memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Ada 3 tempat dengan cadangan air yang melimpah yaitu, daerah di antara  2 gunung api muda, Daerah berbatuan gamping dan daerah pesisir pantai. Daerah berpasir seperti ini memiliki kemampuan meloloskan air yang tinggi sehingga memberikan cadangan air bagi masyarakat pesisir pantai selatan. Selain itu keberadaan sand dunes (gumuk pasir) dapat meredam hantaman gelombang tsunami, satu kerentanan bencana di pesisir selatan jawa. Sehingga dengan keberadaan gumuk pasir resiko bencana tsunami dapat berkurang.
Tapi sayang, pembentukan gumuk pasir itu kini menjadi tidak sempurna. Maraknya kegiatan penambangan pasir di sejumlah aliran sungai, diantaranya penambangan pasir di aliran sungai opak dan penambangan pasir di sungai penyuplai material tertinggi yakni sungai progo. menyebabkan suplai materi pembentuk gumuk pasir berkurang.
Selain itu pembentukan gumuk pasir juga terganggu oleh pemukiman yang makin tumbuh subur  di wilayah sekitar. Berdasarkan data, dulu gumuk pasir berbentuk bintang, sejajar dengan pantai atau bentuk sabit mudah dijumpai. Sekarang bentuk itu memang masih ada, tapi tidak ideal. Kalaupun ada yang ideal sebagian sudah rusak. Hanya disekitar wilayah manasik haji saja yang proses pembentukkanya masih ideal.
Masyarakat memang tidak sepenuhnya salah. Mereka tahu bahwa gumuk pasir itu adalah kekayaan alam. Hanya saja masyarakat belum bisa menggali secara arif manfaat dari keberadaan gumuk pasir ini. Gumuk pasir merupakan satu dari sekian banyak anugerah bagi masyarakat Indonesia. Sudah seharusnya kita menjaga agar keberadaannya tetap lestari. Bukan gumuk pasir saja melainkan juga setiap titik di lingkungan kita, karena kita hidup di alam. Alam akan memberikan apa yang kita berikan pada alam. Ketika kita melestarikan alam maka alam akan memberikan kehidupan yang baik bagi kita.

History perumusan pancasila


Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso (國昭 小磯 atau 国昭 小磯) pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

Organisasi yang beranggotakan 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara Indonesia.

Dalam pidato singkatnya hari pertama, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu persatuan, kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah, dan keadilan sosial. Pada hari ketiga, Soekarno mengusulkan juga 5 asas. Kelima asas itu, kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa, yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:

Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.